DEKADE – Kepala Bidang Pengembangan Pemuda, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim), Rasman Rading menyatakan, pihaknya telah mengirimkan putra-putri terbaik Benua Etam untuk mengikuti Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN).
Pemuda yang terpilih sebagai perwakilan Kaltim, ucap Rasman Rading, tentu telah melalui proses seleksi yang ketat. Salah satu poin penting yang diseleksi yakni kepiawaian dalam bidang bahasa inggris, bidang akademik, kesenian, dan retorika.
“Ada syarat tertentu, yaitu TOEFL (Test Of English as a Foreign Language, Red.). Ada wawasan kebangsaannya ya, Pancasila, lebih sulit dari CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil, Red.). Akademisinya, keseniannya, cara presentasinya, hingga interviewnya. Banyak aspek yang kami nilai,” ucapnya.
Sebagai informasi, PPAN merupakan program garapan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI). Program ini telah dilaksanan secara rutin hasil kerjasama Pemerintah RI dengan negara-negara sahabat sejak 1973.
PPAN salah satu program untuk mengembangkan generasi muda untuk memperluas pengetahuan dan wawasan dengan memilih pemuda-pemudi di berbagai provinsi di Indonesia.
Rasman Rading mengungkapkan, Dispora Kaltim sudah menyiapkan pemuda-pemudi berprestasi yang berencana mereka kirimkan. Dia mengaku bersyukur karena tiap tahunnya Kaltim selalu mendapatkan jatah untuk mengikuti PPAN ini. Mengingat, tidak semua provinsi mendapatkan jatah dari Kemenpora RI. “Seperti tahun ini. Kita sudah dapat 1 orang namanya Talita yang berangkat ke Korea. Kemudian untuk Singapura, namanya Hasbi dari Samarinda,” ujarnya.
“Tiga tahun terakhir kita sudah ikut serta, kami utus pemuda terbaik dari Kaltim. “Ada yang ke Australia, Singapura, dan Korea. Terakhir ada yang ke Jepang, bulan September tadi,” ungkapnya. “Kalau yang ke Korea bulan Agustus, dan yang ke Singapura bulan Juli,” ulas Rasman Rading.
Melalui PPAN ini, Rasman Rading berharap, bisa menjadikan pemuda-pemudi Kaltim memiliki wawasan lebih mengenai negara lain, memiliki jejaring yang lebih luas dan tentunya dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh untuk membangun Kaltim kedepannya.
“Mereka bisa lebih mengenal adat-istiadat, kesenian dan budaya di negara tujuan. Mereka juga bisa menciptakan jaringan informasi, komunikasi dan bisnis dengan negara sahabat serta meningkatkan rasa saling pengertian diantara masyarakat. Yang terpenting bisa bermanfaat untuk Kaltim,” imbuh Rasman Rading. (adv)